Terjadi bentrokan sengit di kota As-Suwayda, Suriah, pada 20 Juli 2025. Video yang beredar luas menunjukkan pemandangan yang memilukan: jalanan hancur, bangunan terbakar, dan kepulan asap membumbung tinggi dari sisa-sisa kehancuran.
Perekam video menggambarkan situasi tersebut sebagai "tragis," menegaskan bahwa kota itu luluh lantak dengan rumah-rumah yang hangus dan bahkan jasad-jasad yang tergeletak di jalanan, di antara bangkai-bangkai mobil.
Kerusakan parah ini dikaitkan dengan konflik antara Druze dan Arab Badui di provinsi As-Suwayda. Kelompok-kelompok ini, menurut perekam video, telah berada di wilayah tersebut kurang dari tiga hari, namun dampaknya begitu besar dan merusak. Mereka datang dengan dalih menyelesaikan konflik yang telah lama berkecamuk antara komunitas Druze dan Badui, tetapi yang terjadi justru adalah bencana kemanusiaan.
Di tengah situasi kacau ini, suara Syekh Aql, pemimpin spiritual komunitas Druze Muwahhidin di Lebanon, muncul sebagai seruan moral. Beliau dengan tegas mengutuk serangan brutal terhadap saudara-saudara Sunni, baik dari kalangan Badui maupun kelompok lainnya, menyatakan bahwa tindakan kekerasan semacam itu sama sekali tidak dapat dibenarkan.
Sebelumnya kelompok milisi Al Hajri berkoordinasi dengan intelijen Israel melakukan serangkaian cipta kondisi merampok dan menculik warga Arab Badui untuk memancing balasan.
Saat Arab Badui melakukan pembalasan, milisi Al Hajri meneruskan serangkaian pembantaian ke perkampungan Badui yang memicu kemarahan para kabilah Arab. Insiden yang diduga direkayasa oleh agen-agen Mossad itu telah menimbulkan korban jiwa dan saling curiga antar komunitas.
Meski terlambat, kecaman ini datang meskipun beliau memahami bahwa serangan tersebut mungkin merupakan reaksi dari beberapa pejuang yang menyaksikan kekejaman terhadap keluarga mereka setelah mundurnya pasukan keamanan, akibat pemboman oleh Israel.
Syekh Aql menyerukan diakhirinya konflik dengan semangat ksatriaan, kebanggaan, dan ketahanan nasional yang tinggi. Ini adalah panggilan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan prinsip hidup berdampingan yang damai, yang telah lama menjadi pilar masyarakat di wilayah tersebut.
Beliau berharap agar lembaran kelam ini dapat ditutup dan digantikan dengan upaya-upaya konstruktif menuju perdamaian abadi.
Lebih lanjut, Syekh Aql juga menyoroti bahaya seruan mobilisasi umum yang keras, terutama yang bersifat kesukuan dari berbagai wilayah Suriah. Seruan-seruan yang menyerukan serangan terhadap Sweida atau wilayah lain, menurut beliau, hanya akan memicu perang sektarian yang lebih luas dan menciptakan ketidakpastian yang mendalam di seluruh kawasan. Ini adalah peringatan akan potensi eskalasi yang lebih besar jika pihak-pihak tidak menahan diri.
Secara tegas, Syekh Aql mengutuk keterlibatan Israel. Beliau memandang 'permintaan perlindungan' dari milisi Al Hajri semacam itu sebagai upaya yang akan merusak sejarah dan identitas komunitas mereka. Baginya, setiap intervensi militer yang mengatasnamakan pembelaan Druze Muwahhidin oleh Israel justru akan mencoreng perjuangan dan keberadaan mereka.
Penting bagi Syekh Aql untuk memperkuat hubungan persaudaraan dengan otoritas Sunni di Lebanon. Beliau menekankan perlunya pertemuan-pertemuan strategis untuk menegaskan kembali ikatan sejarah yang kuat antara kedua komunitas ini, sekaligus menolak penyebaran fitnah dan kebencian yang dapat merusak kerukunan di jalanan Lebanon. Ini adalah upaya nyata untuk merajut kembali persatuan yang mungkin telah terkoyak oleh konflik.
Beliau juga menegaskan bahwa Druze Muwahhidin dan Sunni adalah saudara, dan tidak akan menerima ekstremisme dari pihak manapun. Pernyataan ini merupakan penegasan penting terhadap prinsip moderasi dan penolakan terhadap ideologi-ideologi yang memecah belah, baik yang datang dari dalam maupun luar komunitas mereka. Ini adalah pesan perdamaian dan toleransi di tengah badai konflik.
Situasi di As-Suwayda menggambarkan betapa rapuhnya perdamaian di Suriah. Kerusakan fisik yang parah hanyalah manifestasi dari perpecahan dan penderitaan yang lebih dalam yang dialami oleh penduduk sipil. Mereka terjebak di antara berbagai kepentingan kelompok bersenjata yang saling berebut kekuasaan dan pengaruh, dengan dalih-dalih yang seringkali justru memperburuk keadaan.
Melihat kehancuran ini, sulit membayangkan bagaimana masyarakat di As-Suwayda akan bangkit kembali. Infrastruktur yang hancur, hilangnya nyawa, dan trauma psikologis yang mendalam akan menjadi tantangan besar dalam upaya rekonstruksi dan pemulihan.
Bantuan kemanusiaan dan upaya perdamaian yang serius sangat dibutuhkan untuk meringankan beban mereka. Milisi Al Hajri pro Israel telah merusak reputasi orang Druze secara keseluruhan di Suriah.
Pernyataan Syekh Aql memberikan harapan di tengah keputusasaan. Suara dari seorang pemimpin agama yang menyerukan toleransi dan menolak kekerasan adalah mercusuar bagi mereka yang mendambakan perdamaian.
Ini menunjukkan bahwa meskipun konflik seringkali berakar pada perbedaan, masih ada ruang bagi dialog dan rekonsiliasi.
Konflik antara Druze dan Badui yang disebut-sebut sebagai pemicu awal, sebenarnya adalah bagian dari narasi yang lebih besar tentang ketidakstabilan di Suriah dan upaya neo kolonialisme Greater Israel yang memicu kekacauan di beberapa negara Arab tetangga Israel.
Berbagai faksi bersenjata kerap memanfaatkan ketegangan komunal untuk memajukan agenda mereka sendiri, yang pada akhirnya hanya membawa kehancuran bagi semua pihak yang terlibat.
Kecaman terhadap "geng-geng pro Israel" juga mengindikasikan adanya kelompok-kelompok bersenjata yang beroperasi di luar kendali pemerintah atau bahkan dari faksi-faksi yang lebih besar. Kehadiran mereka seringkali memperparah situasi dan menciptakan lingkaran kekerasan yang sulit diputus, terutama ketika mereka berdalih datang untuk menyelesaikan konflik, namun justru memperkeruh suasana.
Penolakan Syekh Aql terhadap campur tangan Israel juga sangat signifikan. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada simpati internasional, komunitas Druze ingin menentukan nasib mereka sendiri tanpa menjadi alat dalam perebutan pengaruh regional. Mereka memahami bahwa bantuan dari pihak luar, jika tidak hati-hati, dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan dan merusak kedaulatan mereka.
Seruan untuk memperkuat hubungan dengan otoritas Sunni di Lebanon adalah langkah strategis untuk mencegah konflik sektarian meluas ke negara tetangga.
Lebanon sendiri memiliki sejarah kompleks dengan ketegangan sektarian, dan penting bagi para pemimpin agama untuk bekerja sama guna memastikan bahwa api konflik di Suriah tidak menjalar.
Pesan bahwa Druze Muwahhidin dan Sunni adalah saudara adalah fundamental. Ini adalah pengingat bahwa di balik perbedaan-perbedaan, ada ikatan persaudaraan dan kemanusiaan yang lebih besar. Menolak ekstremisme dari pihak manapun adalah kunci untuk membangun kembali kepercayaan dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis.
Masa depan As-Suwayda dan wilayah sekitarnya masih diselimuti ketidakpastian. Namun, dengan adanya suara-suara seperti Syekh Aql yang menyerukan perdamaian dan menolak kekerasan, ada secercah harapan bahwa masyarakat dapat menemukan jalan keluar dari lingkaran setan konflik ini. Ini adalah perjuangan yang panjang, namun dengan tekad kuat untuk rekonsiliasi, perdamaian mungkin masih dapat dicapai.
Warga sipil adalah korban utama dalam setiap konflik bersenjata. Mereka kehilangan rumah, mata pencaharian, dan orang-orang yang dicintai. Prioritas utama harus selalu pada perlindungan warga sipil dan penyediaan bantuan kemanusiaan yang mendesak, sambil secara bersamaan mencari solusi politik yang berkelanjutan untuk mengakhiri kekerasan.
Dunia internasional memiliki peran penting dalam mendukung upaya perdamaian dan rekonsiliasi di Suriah. Ini mencakup pemberian bantuan kemanusiaan, mediasi antara pihak-pihak yang bertikai, dan menekan semua pihak untuk mematuhi hukum humaniter internasional. Tanpa upaya kolektif, penderitaan di As-Suwayda dan wilayah lain akan terus berlanjut.
Posting Komentar