Teknologi

Wisata

Nasional

Latest Updates

IDF dan Konflik di India Timur

Rabu, Juni 25, 2025

Ketegangan etnis di Manipur, India Timur Laut, belakangan kian rumit dengan isu keterlibatan sebagian warga etnis Kuki dalam Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Komunitas Bnei Menashe, keturunan Kuki yang mengaku sebagai Yahudi, telah sejak awal 2000-an melakukan migrasi ke Israel. Sebagian dari mereka kemudian menjalani wajib militer di IDF, memperoleh pelatihan tempur modern, dan pengalaman menghadapi konflik bersenjata.

Fenomena ini mulai berdampak di kampung halaman mereka di Manipur. Saat konflik bersenjata antar etnis kembali pecah sejak 2023, keterampilan militer yang diperoleh di Israel diduga digunakan oleh sebagian warga Kuki dalam bentrokan melawan komunitas Meitei. Media sosial ramai memperbincangkan keberadaan milisi Kuki yang bersenjata modern dan memiliki formasi tempur yang disiplin.

Bnei Menashe terdiri dari kelompok Mizo, Kuki, dan Chin, yang semuanya menggunakan bahasa-bahasa rumpun Tibeto-Burma, dan leluhur mereka bermigrasi ke wilayah timur laut India dari Burma (sekarang Myanmar) terutama pada abad ke-17 dan ke-18. Di Burma, mereka dikenal sebagai Chin. Pada akhir abad ke-20, seorang rabi Israel yang meneliti klaim mereka menamai mereka Bnei Menashe, berdasarkan kisah mereka tentang asal-usul dari suku Menasseh. Dari sekitar 3,7 juta penduduk di dua negara bagian timur laut ini, hanya sekitar 9.000 orang yang tergolong Bnei Menashe, dan beberapa ribu di antaranya telah berimigrasi ke Israel. Sebagian di antara mereka juga mendukung gerakan-gerakan separatis dari India.

Karena kedekatan wilayah dengan daerah mayoritas Muslim Bengal, komunitas Kuki Muslim pun berkembang. Mereka disebut sebagai keturunan laki-laki Kuki yang menikahi perempuan Muslim Bengali, sebuah pernikahan yang mengharuskan sang suami untuk masuk Islam. Komunitas ini sebagian besar bermukim di desa North Chandrapur di kota Udaipur, Tripura. Tokoh-tokoh Kuki Muslim yang dikenal di antaranya adalah Khirod Ali Sardar dari Chandrapur dan Ali Mia dari Sonamura. Komunitas ini kerap menjadi sasaran cemoohan dari kelompok Kuki lainnya.

Dalam berbagai dokumentasi lapangan, terlihat kelompok bersenjata Kuki mengenakan peralatan militer standar, senjata api otomatis, dan melakukan patroli dengan taktik yang menyerupai operasi militer kecil. Hal ini menciptakan dominasi budaya kemiliteran di lingkungan masyarakat Kuki di Manipur, yang sebelumnya dikenal sebagai komunitas agraris pegunungan.

Pengamat keamanan regional mulai menyoroti bagaimana pelatihan di IDF turut membentuk pola pikir, kedisiplinan, dan keahlian militer yang kini diterapkan dalam konflik lokal. Dalam situasi Manipur yang rawan dan berbatasan langsung dengan Myanmar — salah satu jalur penyelundupan senjata — kemampuan tempur ini menjadi modal penting bagi kelompok bersenjata Kuki.

Di sisi lain, dominasi kemiliteran ini memperbesar ketimpangan kekuatan antar komunitas etnis di Manipur. Kelompok Meitei yang menjadi mayoritas di dataran rendah merasa terancam, sementara komunitas Thadou dan etnis pegunungan lainnya mengkhawatirkan kemungkinan eskalasi konflik yang lebih luas akibat adanya kelompok Kuki bersenjata terlatih.

Meitei Alliance dan Thadou Inpi Manipur secara terbuka menyatakan keprihatinan mereka atas fenomena ini. Mereka meminta pemerintah pusat India untuk memantau aktivitas milisi bersenjata di perbukitan Manipur serta menyelidiki kemungkinan adanya jaringan pelatihan militer ilegal di kawasan tersebut.

Situasi ini juga menimbulkan polemik politik karena status 'Any Kuki Tribes' dalam daftar Scheduled Tribes (ST) dianggap memberi keleluasaan berlebih bagi kelompok tertentu untuk memanfaatkan kekuatan bersenjata demi kepentingan politik. Keterampilan militer yang dikuasai sebagian warga Kuki juga dimanfaatkan dalam perebutan wilayah dan sumber daya lokal.

Dominasi budaya kemiliteran di komunitas Kuki memengaruhi kehidupan sosial di wilayah perbukitan Manipur. Anak-anak muda mulai mengidolakan figur-figur bersenjata, dan masyarakat cenderung mengandalkan kekuatan fisik untuk menyelesaikan perselisihan. Kondisi ini makin memperburuk ketegangan antar etnis di daerah yang selama ini minim kehadiran negara.

Beberapa pengamat menyebut bahwa situasi di Manipur mencerminkan bagaimana konflik lokal bisa bertransformasi menjadi perang milisi berbasis identitas jika ada faktor pelatihan militer eksternal. Hal ini menjadi ancaman serius bagi stabilitas India Timur Laut yang selama ini dihantui isu separatisme dan perbatasan terbuka dengan Myanmar.

Dalam jangka panjang, dominasi pengetahuan militer di masyarakat Kuki diprediksi memperkuat posisi tawar politik mereka. Keterampilan tempur, pengalaman perang, dan akses ke jaringan diaspora Bnei Menashe di luar negeri memberi keuntungan strategis dalam negosiasi lokal maupun nasional.

Di beberapa desa Kuki, bahkan mulai terbentuk kelompok-kelompok paramiliter lokal yang mengadopsi metode pelatihan IDF, mulai dari patroli malam, penggunaan taktik gerilya modern, hingga perakitan senjata rakitan berbasis komponen impor gelap dari Myanmar. Fenomena ini tak lagi sebatas isu bentrokan etnis, tapi berpotensi menjelma menjadi milisi terorganisir.

Pemerintah India pun menghadapi dilema besar. Tindakan tegas bisa memicu perlawanan lebih luas, namun membiarkan dominasi kemiliteran ini berkembang berarti mengancam stabilitas kawasan. Hingga kini, New Delhi belum mengambil langkah konkret, meski laporan intelijen soal pengaruh diaspora militer Kuki semakin kuat.

Ketegangan antar etnis Meitei-Kuki pun makin sulit diredakan karena perbedaan kekuatan di lapangan. Komunitas Meitei menuduh bahwa sebagian senjata dan taktik tempur Kuki berasal dari eks anggota IDF, meski hingga kini klaim itu belum diverifikasi secara resmi. Namun, bukti di media sosial memperlihatkan eksistensi milisi Kuki dengan senjata modern.

Di sisi lain, para pemimpin adat dan agama di Manipur berupaya mendorong dialog damai, tapi dominasi militer di lingkungan Kuki membuat upaya tersebut kerap gagal. Masyarakat lebih memilih solusi bersenjata ketimbang perundingan, terlebih setelah keberhasilan beberapa operasi bersenjata yang membuat posisi mereka di kawasan perbukitan makin kuat.

Situasi ini kian rumit dengan keberadaan kamp pengungsi Meitei yang terus bertambah akibat bentrokan sporadis. Pemerintah daerah kesulitan mengatur distribusi bantuan dan menjaga keamanan karena pertempuran antar komunitas makin brutal. Senjata modern di tangan warga sipil membuat situasi sulit dikendalikan.

Dengan terus berkembangnya pengaruh kemiliteran di komunitas Kuki, kawasan Manipur berpotensi menjadi salah satu zona konflik bersenjata antar etnis paling berbahaya di Asia Selatan. Dominasi ini akan memperpanjang ketegangan identitas, memperbesar kesenjangan kekuatan, dan menjauhkan solusi damai berbasis dialog.

Tanpa langkah cepat untuk membatasi peredaran senjata, memutus jalur pelatihan militer non-negara, serta memperkuat dialog antarkomunitas, Manipur berisiko terjerumus dalam perang milisi berkepanjangan. Situasi ini bisa menjadi preseden buruk bagi kawasan India Timur Laut dan perbatasan India-Myanmar yang selama ini dikenal rentan konflik bersenjata.

Selain Greenland, Ini Beberapa Negara yang Bakal Dicaplok AS dkk dalam Waktu Dekat

Selasa, April 08, 2025

Pernyataan terbaru Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan keinginannya agar Gaza berada di bawah kendali AS, telah memicu kembali diskusi global tentang kebijakan luar negeri Washington di Timur Tengah. 

Gaza, yang selama ini menjadi salah satu pusat ketegangan antara Israel dan Palestina, kini semakin menjadi perhatian besar bagi AS, di tengah spekulasi bahwa negara ini berencana untuk memperluas pengaruhnya di kawasan-kawasan strategis lainnya, termasuk Greenland, Yaman Utara, dan bahkan Suriah Utara, yang saat ini dikuasai oleh kelompok Kurdi SDF (Syrian Democratic Forces).

Pada awal April 2025, Trump mengungkapkan dalam sebuah wawancara bahwa ia memandang Gaza sebagai wilayah yang sangat strategis dan memiliki potensi besar secara geopolitik. Menurutnya, wilayah ini sangat penting bagi stabilitas kawasan Timur Tengah, dan ia melihatnya sebagai bagian dari aset yang bisa diperoleh untuk kepentingan AS. 

Selain itu, Trump juga menegaskan bahwa penguasaan Gaza oleh AS akan mempercepat proses perdamaian di kawasan tersebut dengan membungkam dan mengusir warganya. Namun, hal ini memunculkan kecemasan bagi banyak pihak, terutama Palestina, yang melihatnya sebagai upaya lebih lanjut untuk menggusur mereka dari tanah leluhur mereka, setelah upaya genosida yang berulang dilakukan oleh Israel dan saat ini belum diketahui kapan berakhir.

Keinginan Trump untuk menguasai Gaza bukanlah hal baru. Sejak masa kepresidenan pertamanya, Trump telah beberapa kali mengungkapkan minatnya terhadap wilayah-wilayah yang dianggap strategis di dunia. Dalam konteks ini, Gaza, dengan lokasinya yang berada di persimpangan jalan antara Afrika dan Asia, telah menjadi perhatian utama. Jika pengaruh AS di Gaza diperluas, hal ini bisa saja mengubah dinamika politik di Timur Tengah secara keseluruhan. Sementara itu, kemungkinan AS untuk memperluas kendalinya ke wilayah-wilayah lain, seperti Greenland atau Yaman Utara, juga semakin terbuka.

Greenland, yang merupakan wilayah otonomi Denmark, telah lama menjadi perhatian AS. Sejak 2019, Trump pernah menyampaikan ketertarikannya untuk membeli Greenland, sebuah pulau yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki posisi strategis di Samudra Arktik. Meskipun Denmark menolak tawaran tersebut, Trump terus memperjuangkan pengaruh AS di kawasan tersebut, terutama terkait dengan pengeksploitasian sumber daya alam dan kepentingan geopolitik di wilayah Arktik.

Selain itu, situasi di Yaman Utara, yang dikuasai oleh kelompok Houthi yang didukung Iran, juga menjadi perhatian AS. Ketegangan di Yaman terus meningkat, dengan AS berusaha untuk mengimbangi pengaruh Iran di kawasan tersebut. Trump telah mengungkapkan kekhawatirannya tentang dominasi Iran di Yaman dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi keseimbangan kekuatan di kawasan Teluk. Melalui intervensi militer atau dukungan kepada pihak-pihak tertentu di Yaman, AS berpotensi memperluas keberadaan pasukannya di Laut Merah dengan mencaplok Yaman Utara dengan berbagai dalih.

Di sisi lain, kehadiran AS di Suriah Utara yang berfokus pada kawasan yang dikuasai oleh SDF Kurdi juga semakin menjadi bukti nyata dari strategi AS untuk mengendalikan wilayah yang dianggap penting. Suriah Utara, yang berada di dekat perbatasan Turki, merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki posisi strategis.

Ambisi untuk mengusai Suriah dan beberapa negara lainnya atau sebagian  wilayahnya sudah lama dirancang bahkan sebelum Perang Teluk I sebagai bagian dari imperialisme baru menarget Timur Tengah dan belakangan rencana itu diwujudkan dengan berbagai skenario intelijen proyek 'musim semi Arab' dll dan perang 'melawan teroris' yang sebenarnya adalah hasil karya beberapa lembaga intelijen AS sendiri yang sudah diakui oleh Hillary Clinton dan Trump sendiri.

Namun, kebijakan luar negeri Trump yang cenderung lebih berfokus pada ekspansi pengaruh ini menghadapi tantangan besar. Salah satu tantangan terbesar adalah reaksi internasional yang cenderung negatif terhadap upaya-upaya AS untuk menguasai wilayah-wilayah strategis. Dalam kasus Gaza, misalnya, banyak negara di kawasan Timur Tengah dan organisasi internasional seperti PBB mengutuk tindakan AS yang dianggap akan semakin memperburuk situasi di Palestina dan kawasan sekitarnya. Begitu pula dengan upaya AS di Greenland dan Yaman, yang berisiko menimbulkan ketegangan dengan negara-negara yang memiliki kepentingan di wilayah tersebut.

Meskipun demikian, strategi Trump ini tampaknya masih didorong oleh keyakinan bahwa menguasai wilayah-wilayah strategis dapat memberikan keuntungan ekonomi dan geopolitik bagi AS. Dalam konteks Gaza, penguasaan wilayah ini dapat membuka peluang bagi AS untuk mengendalikan jalur perdagangan yang menghubungkan Timur Tengah dengan Afrika dan Eropa. Begitu pula dengan Greenland, yang dapat menjadi pusat kegiatan eksplorasi sumber daya alam yang semakin penting di era perubahan iklim dan ketegangan geopolitik di Arktik.

Selain itu, pengaruh AS di wilayah-wilayah seperti Yaman dan Suriah Utara dapat mengukuhkan posisi negara ini sebagai kekuatan utama dalam menghadapi persaingan global dengan negara-negara besar lainnya, seperti China dan Rusia. Melalui kehadirannya di kawasan-kawasan tersebut, AS dapat mempengaruhi keputusan-keputusan strategis yang berkaitan dengan keamanan global dan kestabilan ekonomi.

Namun, untuk Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya, pengaruh AS di kawasan Timur Tengah dan Arktik tidak hanya merupakan masalah geopolitik, tetapi juga ekonomi. Sebagai negara yang memiliki hubungan dagang yang erat dengan AS, Indonesia harus mempertimbangkan dampak dari kebijakan luar negeri AS yang lebih agresif terhadap kawasan-kawasan tersebut. Ketegangan yang timbul dari penguasaan wilayah strategis oleh AS bisa saja memengaruhi pasar internasional, termasuk harga komoditas yang diimpor oleh AS dari negara-negara Asia.

Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, harus bersiap menghadapi tantangan ini dengan memperkuat kebijakan luar negeri dan diplomasi ekonomi yang lebih proaktif. Salah satunya adalah dengan mempererat hubungan dengan negara-negara besar seperti China dan Rusia, yang bisa menjadi mitra strategis dalam menghadapi dominasi AS di kawasan-kawasan tertentu. Selain itu, Indonesia juga harus memperkuat sektor industri dalam negeri untuk memastikan daya saingnya tetap terjaga meskipun terjadi perubahan besar dalam peta geopolitik global.

Dengan meningkatnya ketegangan dan potensi ekspansi AS di kawasan-kawasan strategis seperti Gaza, Greenland, dan Yaman Utara, Indonesia harus siap menghadapi tantangan yang mungkin timbul. Kebijakan luar negeri yang hati-hati dan strategi ekonomi yang matang akan menjadi kunci untuk memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi kekuatan yang berpengaruh di kawasan Asia Tenggara dan di pasar global.

Dibuat oleh AI

Penemuan Kerangka Unik di Granada: Kisah Seorang Pemimpin Muslim di Tengah Kemegahan dan Tantangan

Minggu, Maret 23, 2025
Di tengah kota Granada yang kaya akan sejarah, sebuah penemuan arkeologis yang luar biasa telah mengungkap kisah menarik tentang seorang tokoh penting dari masa lalu. Dalam penggalian di pemakaman Bab al-Fakhkharin, para ilmuwan menemukan sebuah makam unik yang berisi kerangka seorang individu yang dimakamkan di dalam kolam minyak zaitun Romawi kuno.

Penemuan ini sangat luar biasa karena kerangka tersebut ditemukan sendirian, berbeda dengan makam-makam lain di sekitarnya yang berisi banyak kerangka.

Para ahli menduga bahwa individu ini adalah seorang wali saleh atau pemimpin penting dalam komunitas Muslim setempat pada masa itu.

Makam ini memberikan wawasan berharga tentang praktik pemakaman dan kepercayaan masyarakat Muslim di Granada pada masa lalu. Penggunaan kolam minyak zaitun Romawi sebagai tempat pemakaman menunjukkan adanya perpaduan budaya dan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.

Penemuan ini terjadi di tengah upaya restorasi dan pelestarian warisan sejarah Granada. Kota ini, yang pernah menjadi pusat kekuasaan Islam di Spanyol, menyimpan banyak situs bersejarah yang menjadi saksi bisu kejayaan dan tantangan yang dihadapi Kerajaan Islam Granada.

Pada periode ketika individu ini hidup, Kerajaan Islam Granada berada dalam masa-masa terakhirnya. Setelah berabad-abad menjadi pusat peradaban Islam di Andalusia, kerajaan ini menghadapi tekanan dari kerajaan-kerajaan Kristen di utara.

Meskipun demikian, Granada tetap menjadi pusat budaya dan intelektual yang penting. Istana Alhambra yang megah menjadi simbol kemegahan arsitektur Islam, dan kota ini terus menghasilkan karya seni, sastra, dan ilmu pengetahuan yang luar biasa.

Kerajaan Islam Granada juga dikenal karena toleransi dan keragaman budayanya. Muslim, Kristen, dan Yahudi hidup berdampingan, menciptakan masyarakat yang kaya dan dinamis.

Namun, di balik kemegahan dan keragaman ini, terdapat tantangan politik dan militer yang semakin besar. Kerajaan-kerajaan Kristen terus berupaya merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah dikuasai umat Islam, dan Granada menjadi benteng terakhir pertahanan Islam di Spanyol.

Pada periode ketika individu yang dimakamkan di kolam minyak zaitun hidup, Kerajaan Islam Granada mungkin sedang mengalami masa-masa sulit. Tekanan dari luar semakin meningkat, dan persatuan internal mungkin terancam oleh persaingan politik dan intrik istana.

Meskipun demikian, penemuan makam ini menunjukkan bahwa masyarakat Muslim di Granada tetap mempertahankan identitas dan kepercayaan mereka. Pemakaman yang unik ini menjadi bukti penghormatan dan penghargaan terhadap seorang tokoh penting dalam komunitas mereka.

Kisah tentang individu yang dimakamkan di kolam minyak zaitun ini memberikan kita gambaran tentang kehidupan dan kepercayaan masyarakat Muslim di Granada pada masa lalu. Ini adalah kisah tentang seorang pemimpin yang dihormati, yang hidup di tengah kemegahan dan tantangan, dan yang warisannya terus hidup melalui penemuan arkeologis yang luar biasa ini.

Penemuan ini juga mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan warisan sejarah kita. Granada adalah kota yang kaya akan sejarah, dan setiap penemuan arkeologis memberikan kita wawasan baru tentang masa lalu kita.

Dengan memahami sejarah kita, kita dapat belajar dari masa lalu dan membangun masa depan yang lebih baik. Kisah tentang individu yang dimakamkan di kolam minyak zaitun ini adalah bagian dari sejarah kita, dan itu adalah kisah yang layak untuk diceritakan dan diingat.

Arab Saudi akan Hadiri KTT G20 di Bali

Selasa, November 15, 2022
Berikut ini adalah daftar Kepala Negara yang hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada 15 dan 16 November 2022.

Dalam forum kerja sama ekonomi multilateral terbesar itu akan mempertemukan 19 anggota G20 dan satu lembaga.


Salah satu kepala negara yang disebut akan hadir dalam gelaran KTT G20 di Bali itu adalah kepala negara dan kepala pemerintah Arab Saudi yakni Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dan Mohammed bin Salman Al-Saud.

PB-IKLAS Nyatakan Komitmen Merawat Cagar Budaya Kesultanan Istana Bahran Kota Pinang

Jumat, Desember 28, 2018
ilustrasi
TAMPAHAN ONLINE -- Pengurus Besar Ikatan Keluarga Labuhanbatu Selatan (PB-IKLAS) terpanggil untuk merawat cagar budaya Kesultanan Istana Bahran Kota Pinang yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan agar menjadi ikon kabupaten tersebut.

Ketua Umum PB-IKLAS, Rivai Nasution di Labuhanbatu Selatan, Sabtu (22/12) mengatakan, cagar budaya ini adalah salah satu aset yang cukup tinggi nilainya yang dapat menjadi daya saing di wilayah tersebut.

"Istana Kota Pinang Kesultanan Bahrain ini sudah cukup lama terbengkalai, kami merasa terpanggil dan melalui kegiatan ini kita ingin menggali, mencari tentang sejarah kesultanan ini," ujar Rivai seperti dilaporkan Kontributor Elshinta Heru R Kurnia.

Rivai Nasution


Rivai berharap, dari kegiatan itu akan ada suatu pernyataan sikap dari ahli waris, pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi untuk merumuskan langkah-langkah ke depannya, sehingga wilayah tersebut menjadi Kota Pusaka.

"Jadikanlah istana bangunan tua ini bisa bercerita, sehingga wisatawan itu tau jika ke Kabupaten Labuhanbatu akan singgah ke Kabupaten Labuhanbatu Selatan," pungkasnya. (sumber)

Presiden IOC Yakin Indonesia Layak Jadi Tuan Rumah Olimpiade

Senin, September 03, 2018
ilustrasi
TAMPAHAN ONLINE -- Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach, mengatakan, Indonesia memiliki nilai tawar untuk mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Hal itu dinyatakannya setelah melihat kesuksesan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018.

"Dengan kesuksesan Asian Games, kalian (Indonesia) telah membuktikan bahwa kalian bisa melakukannya (menjadi tuan rumah olimpiade)," kata Bach sebagaimana dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (2/9).

1. Bach terkejut dengan antusiasme masyarakat Indonesia terhadap olahraga

Kemudian, Bach mengaku terkejut dengan euforia masyarakat Indonesia terhadap event olahraga. Kesan positif yang didapatkannya menjadi modal lebih bila Indonesia serius untuk mengajukan diri sebagai tuan rumah.

"Bagi saya hal itu adalah kejutan yang sangat positif, saya tak menyangka bisa melihat semangat untuk olahraga seperti itu. Saya telah berbicara kepada banyak orang dan semuanya gembira. Itulah kenapa saya sangat yakin jika menggelar Olimpiade di sini pada 2032, semangat Olimpiade akan sangat hidup," tambah dia.

2. Indonesia memiliki progres yang bagus di usianya yang masih muda

Pertimbangan lain yang disampaikan oleh Bach adalah usia Indonesia yang masih sangat muda sebagai negara merdeka. Di usianya yang masih belum genap satu abad, potensi generasi muda Indonesia dilihat Bach begitu menjanjikan.

"Dengan kaum muda kalian, kalian memiliki posisi yang bagus. Dan menjawab pertanyaan kalian, saya kira Indonesia akan memiliki peluang yang bagus," katanya.

3. Bach membayangkan olimpiade digelar di Asia Tenggara

Terakhir, Bach pernah membayangkan bila perhelatan olahraga terbesar di dunia digelar di Asia Tenggara. Sebab, dia masih menandai Afrika dan Asia Tenggara sebagai wilayah putih yang absen dari penyelenggaraan olimpiade.

Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang memilih kans bagus untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. "Oleh karena itu saya bisa membayangkan menggelar Olimpiade di kawasan kalian. Di kawasan ini, saya kira Indonesia adalah salah satu tempat dan negara terbaik untuk melakukannya," tutupnya.

Sebagaimana diketahui, Bach sempat menemui Presiden Republik Indonesia Joko "Jokowi" Widodo pada Sabtu (1/9) lalu di Istana Bogor. Pada kesempatan itu, Jokowi mengajukan Indonesia sebagai tuan rumah olimpiade musim panas 2032. (sumber)

Rusia dan Suriah Disebut Pelajari Teknologi Tomahawk, Sisa Rudal yang Ditembakkan AS

Kamis, Mei 10, 2018
TAMPAHAN ONLINE -- Rusia memamerkan beberapa foto peluru kendali (peluru) termasuk Tomahawk nyaris utuh yang diklaim diperoleh pasukan Suriah saat serangan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya pada 14 April lalu.

Analis keamanan berpendapat, Rusia dan Suriah bisa untung besar untuk mempermalukan AS karena bisa mempelajari rudal Tomahawak yang diperoleh.

Beberapa foto peluru kendali canggih yang nyaris utuh itu dipamerkan Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Rabu. Selain foto Tomahawk, ada satu lagi rudal jelajah canggih yang tidak disebutkan namanya.

Kementerian tersebut mengatakan, pihaknya berencana untuk mempelajari kedua rudal jelajah tersebut untuk lebih meningkatkan kemampuan sistem pertahanan udara Rusia. Tak dijelaskan bagaimana rudal-rudal canggih Barat itu bisa diperoleh pasukan Suriah saat serangan beberapa waktu lalu.

Tindakan kementerian itu mamamerkan foto-foto rudal jelajah AS dan sekutunya yang ditangkap pasukan Suriah juga untuk menepis klaim Presiden AS Donald Trump dan berbagai pejabat militer AS yang menyombongkan bahwa total 105 rudal yang ditembakkan ke Suriah mencapai target.

Moskow menegaskan, hanya ada 25 serangan rudal yang berhasil selama agresi singkat beberapa pekan lalu. Sedangkan sebagian besar ditumbangkan oleh sistem pertahanan udara Suriah atau memang tidak berfungsi.

Charles Shoebridge, analis keamanan dan mantan perwira militer Inggris, mengtakan agresi AS, Inggris dan Prancis sebenarnya berisiko mengobarkan senjata canggih Barat kepada Rusia. Sebab, kata dia, serangan itu tidak memberikan manfaat nyata di lapangan.

“Akan menjadi sumber keprihatinan besar bagi pihak Amerika, Inggris dan Prancis,” kata Shoebridge kepada Russia Today, yang dilansir Kamis (26/4).

“Tidak banyak manfaat nyata di lapangan, mengingat bahwa ini adalah sasaran sipil atau sebagian besar area kosong yang terkena, sementara Rusia telah memperoleh pengetahuan teknis tentang sistem senjata yang sebenarnya dikorbankan oleh tiga kekuatan ini,” ujarnya.

Shoebridge menunjukkan bahwa klaim Amerika tentang akurasi pemboman 100 persen kemungkinan besar tidak realistis.

“Dengan sejumlah besar senjata yang ditembakkan dan tembakan anti-pesawat diarahkan pada mereka, Anda akan mengharapkan, setidaknya, sebagian kecil dari mereka (rudal-rudal AS dan sekutu) tidak lolos,” katanya.

Analis ini memilih berhenti mendukung klaim Rusia maupun AS soal efeketvitas agresi singkat di Suriah.”Beberapa tokoh di antara…mungkin kebenaran, mungkin bohong,” ujarnya.

“Bahkan dari serangan yang sukses, Anda akan menemukan beberapa fragmen dari senjata yang digunakan, tetapi biasanya tidak dalam ukuran yang kami bicarakan di sini,” ujar Shoebridge. “Tapi yang pasti keberadaan fragmen seperti ini bisa menunjukkan fakta bahwa beberapa rudal tidak berfungsi, ditembak jatuh atau hanya mendarat di tempat yang salah.”

Ketika ditanya tentang kemungkinan reaksi AS terhadap diperolehnya rudal jelajah Tomhawak oleh pasukan Suriah, dia mengatakan bahwa itu akan ditangani secara publik.

“Cara itu biasanya ditangani, yang entah akan diabaikan atau think tank dan yang disebut para ahli akan diberi tugas untuk mengejek laporan Rusia ini,” paparnya.

Juru bicara Pentagon Eric Pahon mengatakan, pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia tidak masuk akal.”(Itu) contoh lain dari kampanye disinformasi Rusia,” katanya.

Justin Bronk, ahli tempur udara di Royal United Services Institute mengatakan kepada Business Insider bahwa Rusia dan Suriah kemungkinan hanya memiliki potongan Tomahawk yang diledakkan. Menurutnya, potongan senjata itu tidak akan berguna banyak.

“Saya tidak tahu apakah Rusia atau Suriah telah menangkap Tomahawk, meskipun saya yakin mereka memiliki banyak potongan untuk dipelajari dari senjata yang mencapai targetnya,” kata Bronk.

Menurutnya, tak seperti bidang teknologi lainnya di mana Rusia tertinggal jauh di belakang AS, rudal jelajah Rusia sebenarnya cukup mumpuni. Moskow telah menggunakan rudal jelajah yang ditembakkan dari kapal angkatan laut dan kapal selam untuk menyerang sasaran di Suriah sebelumnya, dan mereka menunjukkan kisaran dan kemampuan yang sama dalam melakukannya.

“Rudal-rudal jelajah itu tidak persis daerah di mana Moskow sangat membutuhkan akses ke teknologi Barat,” kata Bronk. “Meskipun Rusia akan akan senang untuk memeriksa Block 4 Tomahawk utuh untuk memiliki sensor dan paket panduan yang tetap,” ujarnya.

“Klaim Rusia adalah mungkin hanya berpura-pura dalam kasus ini untuk mencoba dan mempermalukan AS,” imbuh dia. (sumber)

#Wagubsu Minta Bank Sumut Hadir Sampai ke #Pelosok

Senin, Maret 12, 2018
ilustrasi
Wakil Gubernur Sumut, Nurajizah Marpaung mengimbau Bank Sumut untuk terus menjangkau masyarakat di daerah-daerah pedesaan.

Selain untuk penetrasi bisnis, langkah jemput bola ini juga diharapkan mampu mendorong perekonomian.

"Bangun jaringan sebanyak-banyaknya hingga ke daerah. Jangkau semua lapisan masyarakat," katanya, di Medan, Minggu (11/3/2018).

Menurutnya, sebagai bank pembangunan daerah, Bank Sumut memiliki tanggung jawab untuk ikut serta memajukan perekonomian di Sumut. Kehadiran Bank Sumut diharapkan mampu menggerakkan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat di daerah-daerah.

Dia mengakui, hingga kini masih banyak masyarakat di Sumut yang belum terakses perbankan. Masyarakat dari desa harus menempuh jarak cukup jauh untuk ke bank. Layanan perbankan pun nyaris tak menyentuh mereka.

Untuk itu, pihaknya berharap, Bank Sumut selain membangun jaringan di daerah, juga mampu menelurkan produk-produk layanan keuangan yang sesuai dengan karakteristik masyarakat desa. Penyaluran kredit atau pembiayaan murah juga diharapkan terus ditingkatkan agar masyarakat bisa lebih leluasa mengembangkan usaha.

Ditambahkannya, Bank Sumut tak perlu ragu untuk melakukan ekspansi ke daerah-daerah karena dinilai akan memakan biaya operasional yang sangat tinggi. Memang kondisi itu tak bisa dielak, tetapi ke depan Bank Sumut akan merasakan manfaatnya.

"Ini bentuknya investasi jangka panjang. Dan yang paling utama, tanggung jawab untuk ikut memajukan ekonomi Sumut harus terlaksana," pungkasnya. (sumber)
 
Copyright © Berita Tampahan. Designed by OddThemes